Sabtu, 21 Desember 2019

BURUNG SIKATAN KEPALA ABU

Burung yang termasuk susah adaptasi jika tangkapan dewasa.Mudah koit😞😞

#Sikatan_Kepala_Abu
#Grey_Headed_Canary_Flycatcher
#Culicicapa_Ceylonensis
#Video_Sikatan_Kepala_Abu
#Sikatan_di_Indonesia

Burung Sikatan dari family #Stenostiridae  ini berukuran 12-13cm,dengan ciri khas kepala dan dada keabu-abuan serta sedikit jambul. 

Tubuh bagian atas berwarna zaitun, tubuh bagian bawah kuning.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki coklat kekuningan. 

Terdapat 5 sub-spesies/ras & persebaran sebagai berikut: 

Ras #calochrysea

Persebaran meliputi Himalaya dari Pakistan Utara dan Kashmir ke Timur sampai India bagian Timur-laut, Tengah, dan Timur bagian Tengah, Bangladesh, Cina Tengah dan Selatan, Myanmar (kecuali Tenasserim Selatan), Thailand (kecuali bagian Selatan dan Barat-daya) dan Indochina bagian Utara dan Tengah. 

Saat musim dingin bermigrasi menuju Pakistan bagian Tengah dan Selatan (Lembah Indus) melalui daratan India Tengah dan Utara sampai ke Cina bagian Selatan dan Indochina.

Ras #ceylonensis

Persebaran meliputi India Barat-daya dan Sri Lanka.

Ras #antioxantha

Persebaran meliputi Myanmar selatan (Tenasserim Selatan), Thailand Selatan dan Barat-daya, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.

Ras #sejuncta

Persebaran meliputi Sumbawa, Flores dan Lomblen.

Ras #connectens
 
Persebaran hanya di Sumba. 

Yang pernah merawatnya boleh di share pola perawatan nya biar tidak mudah mati,saya mah belum pernah 😆😆

Sumber HBW Alive, youtube. Com, Flickr, etc

Jumat, 20 Desember 2019

DAFTAR BURUNG DILINDUNGI DI INDONESIA

DAFTAR 16 SPECIES BURUNG APPENDIKS 1 DI INDONESIA

Indonesia  adalah negara yang kaya akan keanekaragaman spesies burung. Namun tidak sedikit diantaranya yang terancam kepunahan. Untuk itulah perlu suatu regulasi untuk melindungi kelestarian burung-burung tersebut.

#Apendiks_1_CITES merupakan daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar (termasuk burung) yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.

Perdagangan spesies Apendiks I hanya dapat dilakukan pada spesies hasil penangkaran dan dalam keadaan tertentu yang luar biasa dengan izin khusus dari Kementerian Kehutanan.

Selain Apendiks I juga dikenal Apendiks II dan Apendiks III.

#Apendiks_2_CITES adalah spesies tumbuhan dan satwa liar yang perdagangannya diatur secara ketat, salah satunya dengan adanya pembatasan kuota tangkap.

Sedangkan #Apendiks_3_CITES adalah daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya,
dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I.

Daftar ini dikeluarkan oleh CITES atau 

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora 

(konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies flora dan satwa  liar).

CITES merupakan pakta perjanjian internasional yang berlaku sejak 1975. Tujuan utamanya memastikan bahwa perdagangan tersebut tidak akan mengancam kelestarian hewan (termasuk burung) dan tumbuhan yang diperdagangkan.

Berdasarkan data CITES, sebanyak 257 spesies burung Indonesia masuk dalam daftar Apendiks. 16 spesies dalam Apendiks I dan sisanya 241 spesies burung dalam Apendiks II.

#Daftar_burung_appendiks_1 di Indonesia 

1.Asarcornis scutulata (#Mentok_Rimba)White Winged Wood Duck

Mentok Rimba di Indonesia disebut juga sebagai Mentok Hutan, Serati, Bebek Hutan atau Angsa Hutan. Sedang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai White-winged Wood Duck. Nama latin hewan ini Asarcornis scutulata yang bersinonim dengan Cairina scutulata. Populasi secara global sekitar 1000 ekor sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan hanya tersisa 150-an ekor yang bertahan di Taman Nasional Way Kambas.

2.Buceros bicornis (#Rangkong_Papan)

Rangkong Papan atau #Enggang_Papan persebarannya meliputi India, Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera (Indonesia). 

3. Cacatua goffiniana (#Kakatua_Tanimbar)

Kakatua Tanimbar merupakan salah satu burung kakatua endemik Indonesia. Burung ini hanya dapat dijumpai di Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Kai di Nusa Tenggara Timur.

4. Cacatua moluccensis (#Kakatua_Maluku)

Kakatua Maluku yang mempunyai nama ilmiah Cacatua moluccensis ini merupakan hewan endemik Maluku selatan. Daerah persebarannya meliputi Seram, Ambon, Haruku dan Saparua. Burung ini merupakan salah satu burung paling langka di Indonesia.

5. Cacatua sulphurea (#Kakatua_Kecil_Jambul_Kuning)

Kakatua Kecil Jambul Kuning dalam bahasa latin disebut Cacatua sulphurea. Merupakan burung endemik Nusa Tenggara dan Sulawesi. Oleh IUCN Red List digolongkan dalam spesies Critically Endangered.

6. Caloenas nicobarica (#Junai_Emas)

Burung ini disebut sebagai Junai Emas, Burung Mas, atau Minata. Merupakan burung dari keluarga Columbidae (merpati). Di Indonesia dapat dijumpai di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

7. Eos histrio (#Nuri_Talaud)

Nuri Talaud dikenal juga dengan nama lokal ‘sampiri’. Burung dari famili #Psittacidae ini endemik Kepulauan Nusa di Sulawesi Utara.

8. Falco peregrinus (#Alap_alap_kawah)

Burung Alap-alap kawah merupakan salah satu anggota famili Falconidae. Tersebar hampir di seluruh dunia (kecuali di Antartika).

9. Fregata andrewsi (#Cikalang_Christmas)

Cikalang Christmas merupakan burung dari famili Fregatidae. Burung ini berbiak di pulau Christmas, Australia (terletak di Samudera Hindia, sebelah barat daya pulau Jawa). Meskipun begitu kerap terlihat menjelajah hingga ke pesisir pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

10. Leucopsar rothschildi (#Curik_Bali/#Jalak_Bali)

Jalak Bali kerap disebut juga Curik Bali. Merupakan gurung endemik Bali dan Maskot Provinsi Bali. Jalak Bali menjadi salah satu burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered dalam IUCN REd List.

11. Macrocephalon maleo (#Maleo_Senkawor)

Burung dalam daftar Apendiks I selanjutnya adalah Maleo. Burung maleo (Macrocephalon maleo) adalah burung endemik Sulawesi.

12. Mycteria cinerea (Bangau putih susu, #Bangau_Bluwok)

Burung bangau putih susu kerap disebut juga sebagai bangau bluwok. Burung berukuran besar (panjang tubuh hingga 110 cm) tersebar di Indocina, Malaysia, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Sumbawa.

13. Papasula abbotti (#AngsaBatu_Christmas)

Burung Apendiks I berikutnya adalah Angsa Batu Christmas. Layaknya Cikalang Christmas, burung ini hidup di pulau Christmas, Australia namun sering terlihat juga di wilayah Indonesia.

14. Probosciger aterrimus (#Kakatua_Raja)

Burung kakatua raja (Probosciger aterrimus) hidup di dataran rendah Papua, pulau-pulau di barat Papua, dan Australia bagian utara. Oleh CITES burung ini dimasukkan dalam Apendiks I.

15. Rhinoplax vigil (#Enggang_Gading)

Burung enggang gading atau enggang terbang mentua ini mempunyai nama latin Rhinoplax vigil. Berukuran sangat besar, hingga 120 cm dengan bulu tengah pada ekornya sepanjang 50 cm. Burung yang dijadikan maskot Kalimantan Barat ini hidup di Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaya.

16. Tringa guttifer (#Trinil_Nordmann)

Trinil Nordmann atau Nordmann’s Greenshank merupakan burung yang kerap bermigrasi ke Indonesia. Burung ini berbiak di Rusia, namun saat musim dingin mereka bermigrasi ke daerah tropis termasuk Indonesia.

Demikian daftar jenis burung yang masuk dalam Appendiks 1 CITES.Mohon tidak memelihara jenis-jenis burung diatas jika tidak ingin berurusan dengan hukum. 

Sumber:
-citesOrg
-commonsWikimediaOrg
-orientalbirdimagesOrg
-alamendah
-Masykur Arwani AD/GALEATUS 

#Appendix_1
#Cites
#Cites_Appendices_1

BURUNG MYZOMELA PRAWIRADILAGAE

SPECIES BURUNG TERBARU 2019

#Myzomela_prawiradilagae
 https://www.mongabay.co.id/2019/11/05/dewi-malia-prawiradilaga-akan-terus-menemukan-jenis-burung-baru/

BURUNG KAPASAN KEMIRI

#Kapasan_Kemiri/#Pied_Triller(#Lalage_nigra)

Kapasan kemiri (bahasa Latin: Lalage nigra) adalah spesies burung dari keluarga #Campephagidae, dari genus #Lalage. Burung ini merupakan jenis burung pemakan serangga yang memiliki habitat di lahan pertanian, dataran rendah terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove.
Tersebar sampai pada ketinggian 1.000 mdpl.

Ciri-ciri 

Kapasan kemiri memiliki tubuh berukuran kecil (16 cm). Berwarna hitam dan putih. Mirip Kapasan sayap-putih, namun badannya sedikit lebih lecil. Alis lebih lebar, setrip mata hitam. Warna putih pada sayap lebih banyak (tergantung sub spesies). Tunggir abu-abu. Tubuh bawah putih.

Burung jantan: tubuh bagian atas hitam.

Burung betina: lebih berwarna coklat, seluruh dada bergaris hitam. Iris coklat, paruh abu-abu dan ujung hitam, kaki hitam. Agak pemalu, sering bersembunyi di kerimbunan. Mencari serangga di antara dedaunan pohon. Terbang dari pohon ke pohon dengan menggelombang perlahan. Kadang turun ke tanah. Hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil.

Sarang berbentuk cawan dangkal dari akar-akar halus dan bahan lain, pada pohon berdaun kecil dekat permukaan tanah. Telur berbintik coklat, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Februari-Juli.

Persebaran 

Persebarannya meliputi Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar.
Sumatra, Kalimantan, Jawa (Barat-Tengah).
Referensi

-bio.undip.ac.id
- BirdLife International (2012). "Lalage nigra". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature.
-Romy Ocon video
-wikipedia

BURUNG SIKATAN NARSIS

#Sikatan_Narsis
#Narcissus_Flycatcher
(#Ficedula_narcissina)

Burung Sikatan berukuran kecil antara 13-13,5 cm., berwarna kuning, putih, dan hitam (jantan) atau coklat (betina). 

Jantan: tunggir, tenggorokan, dada, dan perut atas kuning; perut bawah dan penutup ekor bawah putih. Bagian lain hitam, kecuali alis dan garis-sayap yang putih. 

Betina: tubuh bagian atas coklat-buram, tubuh bagian bawah berwarna lebih pucat, tunggir kuning-buram. 

Perbedaannya dengan jantan dan betina Sikatan narsis: alis putih, punggung jantan lebih hitam, dan tunggir betina kuning. Iris coklat, paruh dan kaki hitam. Burung ini termasuk jenis burung migran di Negara Indonesia.

Berbiak di Transbaikalia bagian timur dan Mongolia bagian timur ke timur sampai Rusia bagian tenggara (Amurland selatan, Ussuriland selatan), ke selatan sampai Cina bagian tengah dan timur, dan Korea, dan secara sporadis sampai Jepang bagian barat; saat musim dingin bermigrasi ke selatan sampai Cina selatan, Asia tenggara, dan Sunda Besar. Pengunjung musim dingin yang tidak umum, sampai ketinggian 900 mdpl.

Dari berbagai sumber.
-wikipedia
-Hbw alive
-youtube 
-etc

BURUNG CIPOH KACAT

#Cipoh_kacat 
#Common_iora
#Aegithina_tiphia

Cipoh kacat (Aegithina tiphia) adalah burung pengicau kecil yang ditemukan di Anakbenua India dengan populasi yang menunjukkan variasi bulu, beberapa di antaranya dianggap subspesies. Cipoh kacat ditemui di semak-semak, mudah ditemukan berdasarkan siulannya yang lantang dan warnanya yang terang. Selama masa perkawinan, burung jantan pamer dengan mengembangkan bulu-bulunya dan berputar di udara sehingga tampak seperti bola hijau, hitam, kuning dan putih.

Cipoh kacat memiliki nama-nama seperti burung kunyit kecil, cipo, cito, cipeuw, sirpu, sirtu, cipoh, (Indonesia),[3][4] dan kělichap kunyét.[2]

Deskripsi

Keluarga burung Cipoh-cipohan (#Aegithinidae) memiliki paruh yang menonjol dengan kekang yang tegak. Cipoh kacat termasuk spesies yang tergolong dalam dimorfisme seksual, cipoh jantan pada musim kawin memilki garis hitam dan tambahan pada punggung pada sayap dan ekor kehitaman di semua musim. Sedangkan, burung betina memilki sayap hijau dan ekor hijau zaitun. Bagian bawah keduanya berwarna kuning dengan batas putih pada sayap burung jantan yang sebagian besar umum pada bulu pada masa perkawinan. Sedangkan bulu si jantan memilki distribusi warna hitam yang sangat bervariasi pada bagian atas yang bisa saja dianggap sebagai cipoh jantung, namun ciri pembeda antara keduanya berupa ekor yang berujung putih.[5] 

Subspesies #tiphia ditemukan di Himalaya dan burung jantan kelihatan serupa dengan betinanya atau memilki sejumlah kecil di bagian mahkota. 

Di barat laut India, subspesies #septentrionalis memilki warna kuning yang lebih terang dan ditemukan di utara dataran India. 

Jantan dari subspesies #humei memiliki bulu hitam pada topi dan hijau zaitun pada mantel atas. 

Di tenggara India dan Sri Lanka #multicolor, burung jantan memiliki topi dan mantel hitam. Bentuk lain yang terdapat di India yang menjadi perantara antara lain multicolor dan humei dengan warna yang agak hijau-abu-abu pada pantat (yang dahulu dianggap subspesies #deignani tapi kini digunakan untuk populasi di Burma).[5][6][7][8]

Beberapa populasi lain melewati Asia Tenggara yang dianggap subspesies adalah #philipi di selatan China dan utara Thailand/Laos, deignani di Myanmar, #horizoptera di selatan Myanmar dan gugusan pulau di Sumatra, #cambodiana di Kamboja, aeqanimis di Palawan dan Kalimantan Utara, #viridis di Kalimantan dan #scapularis di Jawa dan Bali.[9][10]

Persebaran & habitat 

Cipoh kacat ditemukan dari Persia, India, Annam, negara-negara Indochina, Malaysia, hingga Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Filipina.[2] Ditemukan pula di Pulau Bali.[11]

Cipoh Kacat memiliki habitat yang sangat fleksibel. Tinggal di habitat seperti di hutan sekunder, perkebunan, padang terbuka, hingga hutan mangrove di tepi pantai.[3] 

Di Indonesia, cipoh kacat berada di tepian hutan, menyenangi hutan yang tidak terlalu lebat, dan biasanya bersarang di pinggiran hutan pada cabang-cabang pohon-pohon yang rendah.[4] Sering pula ditemukan di kebun-kebun miik rakyat, semak-semak, dan ladang anggrek. Ditemukan di bukit-bukit hingga pada ketinggian 1500-2000 mdpl.[2]

Perilaku dan ekologi

Cipoh Kacat berkumpul di semak-semak, seraya berkumpul di dahan tumbuhan untuk mendapat serangga, telur serangga, biji-bijian, dan nektar bunga.[4][11] Kadang berkumpul dengan kawanan spesies untuk mencari makan. Panggilannya bercampur-campur menghasilkan bunyi churrs, berkicau dan bersiul, dan nyanyian berupa getaran panjang wheeeee-tee yang mengalun.[3] Mereka kadang-kadang menirukan panggilan burung-burung lain seperti Srigunting[12] dan burung-burung di genus Pycnonotus.[2]

Selama musim kawin, terutama setelah monsun atau Maret-Juni di musim hujan,[4] burung jantan akan melakukan peragaan percumbuan yang akrobatis, terbang ke udara menegakkan bulu-bulunya, terutama pada pantatnya yang hijau pucat, kemudian berputar balik ke sarangnya. Sewaktu mendarat, dia mengembangkan ekornya dan menurunkan sayapnya.[6] Dua dari empat telurnya diletakkan dalam sarang kecil dan kompak, dan berbentuk seperti cawan yang terbuat dari rerumputan dan diikat dengan jaringan tongkol dan diletakkan pada ujung percabangan. Sarang mereka diletakkan 2-25 kaki dari tanah. Berukuran sekitar 2,5 inci dengan kedalaman 20 inci. Telurnya bermacam-macam warna, putih, merah jambu, abu-abu, berbintik/berbercak merah, dan di Jawa, setiap kali bertelur, hanya menghasilkan 2-3 butir saja.[2][4] Baik jantan dan betina mengerami[13] dan telur menetas setelah 14 hari kemudian. Adapun, yang menjadi predator dalam sarang tersebut termasuk ular, kadal, gagak, dan bubut besar.[14] Sarangnya juga kemungkinan diparasiti secara indukan oleh Wiwik Lurik.[15]

Cipoh menggugurkan bulunya dua kali dalam setahun dan variasi bulu membuat mereka agak berpengaruh pada bulu berdasarkan pemisahan populasi.[15] Ketika mabung/menggugurkan bulu, fisiknya menjadi drop dan rentan terhadap penyakit dan malah, dia akan berhenti berkicau.[4]

Status

Cipeuw memiliki persebaran yang agak lebar sehingga diyakini spesies ini tidak Hampir Terancam (NT). Populasi cipoh kacat tidaklah diketahui tren populasinya. Jumlah populasinya -baik yang berkembangbiak maupun yang menetap, berjumlah 6.300.000 km2.[17]

Referensi

^ Butchart, S. & Symes, A. (2013). "Aegithina tiphia". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 14 Juli 2013.
^ a b c d e f Robinson, Herbert C. (1927). Birds of Malay Peninsula (PDF). 1. London: H.F. & G. Witherby. hlm. 414-415.
^ a b c d Turut, Rusli (2011). Memelihara 42 Burung Ocehan Populer. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 62–63. ISBN 978-979-002-442-7.
^ a b c d e f g Hermawan, Rudi. Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. hlm. 71–72 & 178–179. ISBN 602-99884-8-4.
^ a b Rasmussen, P.C.; Anderton, J.C. (2005). Birds of South Asia: The Ripley Guide. 2. Smithsonian Institution & Lynx Edicions. hlm. 344–346.
^ a b Baker, E.C.S. (1922). Fauna of British India:Birds. 1 (edisi ke-2). London: Taylor and Francis. hlm. 339–343.
^ Wells, D.R.,; Dickinson, E.C.; Dekker, R.W.R.J. (2003). "Systematic notes on Asian birds. 34. A preliminary review of the Aegithinidae". Zool. Verh. Leiden. 344: 7–15.
^ Dickinson, E.C.; Dekker, R.W.R.J.; Eck, S. Somadikarta, S. (2003). "Systematic notes on Asian birds. 35. Types of the Aegithinidae" (PDF). Zool. Verh. Leiden. 344: 17–24.
^ Ernst Mayr & James Greenway, ed. (1960). Check-list of the birds of the world. 9. Massachusetts: Museum of Comparative Zoology. hlm. 300–302.
^ Marien, D (1952). "The systematics of Aegithina nigrolutea and Aegithina tiphia (Aves, Irenidae)". Am. Mus. Novit. 1589: 1–17. hdl:2246/4066.
^ a b "Cipoh kacat". SBW. Diakses tanggal 14 Juli 2013.
^ Bharos, A. M. K. (1998). "Mimicry by common Iora Aegithina tiphia". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 95 (1): 116.
^ Wesley, H. Daniel (1984). "Frequency and duration of incubation of the eggs for Aegithina tiphia". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 81 (1): 193–195.
^ Ali,S (1931). "Casualties among the eggs and young of small birds". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 34 (4): 1062–1067.
^ a b Ali, S; Ripley, S.D. (1996). Handbook of the Birds of India and Pakistan. 6 (edisi ke-2). Oxford University Press. hlm. 47–54.
^ de Mello, I. (1935). "New hæmoproteids of some Indian birds". Proceedings: Plant Sciences. 2 (5): 469–475. doi:10.1007/BF03053034.
^ "Common Iora Aegithina tiphia". Special factsheet. BirdLife International. Diakses tanggal 14 Juli 2013.
Bacaan lanjutan Sunting
Hall, BP (1957). The taxonomic importance of variation in non-breeding plumage in Aegithina tiphia and A. nigrolutea. Ibis 99:143-156.

BURUNG KUCICA KAMPUNG

#Kucica_kampung/Oriental Magpie Robin (Copsychus saularis) adalah burung pengicau kecil yang sebelumnya dikelompokkan sebagai anggota keluarga Turdidae (murai), tetapi kini dianggap sebaagi anggota Muscicapidae. Burung ini berwarna hitam dan putih dengan ekor yang panjang. Ekornya terangkat ke atas jika mereka sedang mencari makanan di tanah atau kadang ketika sedang bertengger. Burung ini banyak ditemukan di daerah Asia Selatan dan Asia tenggara. Di Indonesia burung ini mulai langka karena penangkapan yang berlebihan untuk dipelihara.

Nama Lain dari Kucica Kampung adalah #kacer, Burung ini suka menjelajah di berbagai lingkungan yang kecepatan terbangnya bisa mengungguli kerabatnya murai batu. bahkan dari burung berbulu hitam,berekor panjang seperti lidi. Burung kacer banyak mendiami dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Bahkan tidak jarang ada yang terlihat di perumahan penduduk.

Di Jawa tengah dan Jawa timur, burung bertubuh gempal ini di kenal dengan sebutan srintil. Burung kacer terbilang sangat aktif mencari makan. Mulai dari pohon kelapa, randu, pisang atau ranting pohon kering burung ini terlihat sendiri akan tetapi akan selalu bersama pasanganya pada saat musim kawin.

Sampai saat ini dianggap sama dengan C. mindanensis (lihat spesies itu). Ras jatuh ke dalam "kelompok saularis " (dengan ceylonensis , andamanensis dan musicus ; perut putih, ekor putih) dan "kelompok amoenus " (ras yang tersisa; perut hitam, ekor putih, ekor putih, dengan beberapa pengecualian); yang terakhir sangat berbeda berdasarkan pada satu perbedaan karakter utama, membentuk (di tempat-tempat yang cukup sempit) zona hibrida dengan musikus secara diagonal melintasi C Jawa dan dalam garis N-S dari W Sabah ke Banjarmasin, Kalimantan ( musikus dinilai sebagai penyerang yang relatif baru terus-menerus membanjiri bentuk perut hitam ); penelitian lebih lanjut tentang status taksonomi kelompok amoenus diperlukan, tetapi ada beberapa bukti diferensiasi genetik . Dijelaskan ras problematicus dari Kalimantan adalah intergrade antara musicus dan pluto . Beberapa ras bernama lainnya tidak terdiferensiasi dengan baik atau bagian dari variasi clinal, atau berdasarkan ukuran sampel yang sangat kecil: erimelas (NE India E ke Indochina, dan SW Guangxi, di Cina) dan prosthopellus (Cina dan Hainan) disinonimkan dengan nominasi, dan zacnecus (Simeulue I), nesiarchus (Nias I), masculus (Batu Is), pagiensis (Mentawai) dan javensis (Jawa Barat) dengan musicus . Tujuh subspesies dikenali.

Subspesies dan Distribusi

C. s. saularis (Linnaeus, 1758) - Oriental Magpie-robin - NE Pakistan dan India E ke S & E Cina (S dari S Shaanxi dan S Jiangsu, termasuk Hainan), S ke Thailand dan Indocina.
C. s. ceylonensis PL Sclater, 1861 - S India (S dari R Cauvery) dan Sri Lanka.
C. s. andamanensis AO Hume, 1874 - Andaman Is.
C. s. musicus (Raffles, 1822) - N Tenasserim, S Thailand, dan Semenanjung Malaysia S ke Sumatra (termasuk pulau Simeulue, Nias, Batu, Siberut, Sipura, N Pagai, Belitung, Bangka), Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
C. s. amoenus (Horsfield, 1821) - Black Magpie-robin - E Java dan Bali.
C. s. pluto Bonaparte, 1850 - N, E & SE Borneo dan Maratua I.
C. s. adamsi Elliot, 1890 - ekstrim N pesisir Kalimantan dan pulau-pulau yang berdekatan.

Referensi
^ BirdLife International (2004). Copsychus saularis. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 12 May 2006.
Wikipedia 
HBW Alive 
Laman FB for video

Mari lestarikan burung2 Indonesia